UNNES DAN INDONESIA POWER DI KOPI PUCU’E KENDAL
Kopi merupakan tanaman yang sangat cocok untuk perbaikan lingkungan karena mempunyai daya serap air dan dalam waktu sekitar 2 – 3 tahun setelah tanam bisa menghasilkan buah, sudah pasti akan memberikan nilai ekonomi bagi yang menanamnya.
Sungguh suatu kehormatan tersendiri bagi penulis dapat undangan untuk memberikan pengalaman tentang perkopian di di Desa Gunungsari Desa Ngesrepbalong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Pelatihan yang berlangsung 2 hari dengan diikuti hanya 12 petani, pada Hari Selasa dan Rabu, 24 – 25 Agustus 2021. Pelatihan 2 hari ini difasilitasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Semarang (LPPM UNNES) dan PT. Indonesia Power Semarang PGU.
Penulis sekaligus pemilik Rumah Kopi Temanggung memberikan materi paska panen kopi pada hari pertama. Paska panen ini meliputi dari kopi petik merah sampai pada jadi biji kopi yang sesuai standart SNI mutu biji kopi. Materi teori meliputi cara petik kopi, dan proses yang harus dilakukan, dan materi praktek meliputi mengenal mutu kopi standar SNI dan sangrai kopi.
Praktek mengenal mutu kopi ini bahan kopinya dari kopi hasil petikan petani pada umumnya, dengan harapan petani mengerti tentang mutu kopi yang dihasilkan. Dari hasil yang setelah tahu mutu kopi agar bisa membuat produk yang bisa diterima pasar baik pasar umum maupun pasar menengah keatas.
Dari obrolan dengan petani yang hadir pelatihan banyak yang belum berproduksi, artinya mereka masih menanam itupun belum melakukan pemeliharaan yang maksimal. Namun setelah paska pelatihan diharapkan mereka akan mau melakukan pemeliharaan kopinya dengan maksimal karena tahu nilai ekonomi dari kopi.
Pelatihan Hari Selasa dengan jam terakhir praktek sangrai kopi dengan mesin yang ada disana. Untuk melihat proses perubahan warna kopi dan tanda kopi matang sulit karena memang mesin seadaanya sehingga penulis mencoba untuk melihat indikator tersebut dengan membuktikan dengan cara sangrai manual.
Pelatihan pada hari kedua tentang budidaya kopi yang meliputi dari pemangkasan kopi baik teori dan praktek. Penulis mencoba menjelaskan tentang macam pangkas dan manfaatnya. Praktek pemangkasan kopi dan sambung dilakukan pada kebun yang dijadikan percontohan sekaligus sudah ada kedai kopinya.
Kopi Pucu’e Kendal itu nama kedainya, sebuah kedai kopi berada di kebun dan dikelola oleh karangtaruna setempat. Dari penjelasan Sekretaris Desa bahwa luasan tanaman kopi sekitar 200 ha, namun panen perpohon masih sedikit baru kisaran 1 kg basah per pohonnya. Banyak faktor penyebab antara lain mereka belum tahu nilai ekonomi dari kopi dan pemeliharaan tentang kopi. Semoga usai pelatihan petani semakin semangat merawatnya dengan maksimal. Sudah pasti ketika perawatan bagus tentu berdampak secara ekologi dan ekonomi. Itulah cerita kopi dari Pucu’e Kopi Kendal.