
Organisasi Dan Kemandirian Petani
Jum’at siang tepatnya tanggal 8 Oktober 2021, pas penulis diskusi dengan petani sambil menikmati secangkir Kopi Mukidi. Tiba-tiba whatsapp call berbunyi, “mas Mukidi wonten ndalem”,(mas Mukidi di Rumah) begitu panggilan dari mas Widiyanto. Penulis jawab iya mas, saya wonten ndalem. “oke kalau teng ndalem tak ndolan mriku” (oke kalau di Rumah saya main kesitu ) tambahnya.
Selang 30 menit ternyata mas Widi begitu panggilan akrabnya datang dengan tim. Widiyanto dan Danang Purwanto merupakan tim dari Pusat Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Petani LPPM UNS.

Setelah biasa saling sapa masalah kesehatan dan bagaimana tentang usaha kopinya dilanjut dengan diskusi kecil. Diskusi sempat terhenti ketika salah satu petani yang datang dan ngobrol sudah lama dengan penulis mohon pamit. Penulis bilang jangan pulang ikut diskusi saja biar semakin menarik, ternyata si petani ada acara yang harus diselesaikan.
Diskusi diawali dengan organisasi petani yang terkait dengan kopi, kapan lahir dan siapa yang melahirkan? Apakah fungsi dan untungnya ketika bergabung? Apakah sudah mempunyai dampak bagi yang ikut, dampak secara materi maupun dampak secara non materi? Penulis mencoba menjelaskan tentang organisasi dan tingkat pemahaman anggotanya dari awal terbentuk organisasi, mulai dari anggota yang tidak tertulis maupun sampai secara anggota tertulis dan ber KTA.
Mulai dari program organisasi hingga strategi untuk merekrut anggota. Problem tentang organisasi di lapangan sudah disampaikan oleh penulis. Pemahaman tentang berorganisasi ini sangat perlu sekali disampaikan pada awal mau membentuk sebuah kelompok. Sehingga ketika kelompok atau organisasi sudah terbentuk tidak berhenti, namun bisa menjalankan program, dan merumuskan strategi organisasi.
Penulis selalu sampaikan bagaimana sebuah organisasi atau kelompok bisa berjalan, salah satunya adalah membangun kesamaan mimpi atau kesamaan kepentingan. Dalam hal organisasi terkait dengan petani atau kelompok tani kesamaan isu antara lain bagaimana petani bisa menikmati harga tinggi dan isu lainnya yang terkait dengan kebutuhannya.
Ketika isu sudah tergali baru melakukan strategi agar bisa tercapai. Namun menuju kesitu dibutuhkan pengurus dan anggota kelompok yang loyal. Proses membangun loyal hingga tercapai moralitas dibutuhkan kesabaran bagi pengurus. Menumbuhkan loyalitas atau melihat tingkat loyalitas anggota terhadap kelompok bisa dilihat dalam hal program kegiatan, semisal pada pertemuan rutin, bisa dinilai dengan tingkat kehadiran anggota.
Ketika loyalitas sudah terbentuk, artinya inilah titik awal kepercayaan antar pengurus dan anggota sudah terbangun. Saatnya menata program dari mulai dari peningkatan kapasitas sumber daya petani, hingga peningkatan ekonomi bersama, dan itulah awal sebuah kemandirian kelompok.
Penulis melihat langkah dan strategi yang ditempuh kelompok Tani Mekar Tani jaya, Dusun Jambon Desa Gandurejo Bulu Temanggung Jateng, mulai dari peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan bentuk kegiatan belajar jadi narasumber ketika pas pertemuan kelompok. Harusnya kelompok yang sudah berani dan bisa membuat program secara mandiri, mungkin dinas terkait bisa kasih penghargaan. Bahkan dari diskusi dengan ketua kelompok tani mekar tani jaya juga membuat program peningkatan ekonomi anggota, dengan rintisan membuat kripik singkong.
Semoga dari diskusi kecil dengan tim pusat studi perlindungan dan pemberdayaan petani LPPM UNS, bisa menganalisa permasalah dan memberikan solusi terbaik untuk pemecahannya. Harapannya tak lain sebuah kemandirian kelompok dan akhirnya akan terwujud kemandirian ekonomi.
Mungkin ini sekelumit tentang diskusi sore sambil menikmati secangkir kopi Mukidi, tak lupa penulis sampaikan salam petani mandiri, menata lingkungan dan ekonomi dan secangkir kopi ada cerita banyak saudara dan penuh cinta.

