Jalinan Silaturahmi, Konservasi dan Lingkungan
Saya mencoba mengingat ketika ketemu dengan Wahyu Ids, peneliti capung. Saya ketemu tahun 2015 ketika waktu ada final lomba kopi yang diadakan oleh asosiasi eksportir kopi Indonesia. Waktu itu bertepatan dengan acara rutin “sepuluh ewu kopi”.
Namun karena sesuatu hal saya tidak bisa melihat jalannya acara sepuluh ewu kopi waktu itu. Mas Wahyu Ids mengenalkan saya dengan pak Iwan sanggar genjah arum. Ngobrol banyak terkait kopi waktu itu.
Perkenalan dengan mas Wahyu Ids, sampai saat ini masih berlanjut dengan kabar dan sapa kadang lewat media sosial bahkan berkunjung ke tempat saya. He he he malah saya sendiri belum pernah berkunjung ke kedai mas Wahyu Ids yang ada di Yogyakarta.
Selasa kemarin, 4 Desember 2018 mas Wahyu Ids, bersama teman-temannya berkunjung ke rumah kopi mukidi di Dusun Jambon Desa Gandurejo Bulu Temanggung Jawa Tengah. Ketika itu saya masih ngobrol banyak tentang penanaman kopi dengan famili saya, penyiapan lahan dan lainnya.
Teman mas Wahyu Ids seorang fotografer yang barusan saja pameran di luar negeri. Setelah ngobrol banyak tentang konsep kemandirian petani saya ceritakan fotografer mulai mengambil gambar-gambar lahan pertanian. Aktivitas petani pagi waktu itu juga menjadi hal yang menarik bagi Poriaman Sitanggang sang fotografer.
Saya dan mas Wahyu Ids ngobrol banyak tentang banyak potensi Temanggung mulai dari pertanian hingga sirklus panen dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Kami sambil melihat juga Poriaman Sitanggang menerbangkan drone untuk mengambil lanskap di wilayah rumah saya. Usai pengambilan gambar, Poriaman Sitanggang ingin melihat lagi perubahan lahan ketika saat ini menanam dan dua bulan kedepan perubahannya.
Saya kemudian mengajaknya untuk melihat kebun kecil yang dekat dengan rumah. Saya jelaskan lebih detail tentang konsep kemandirian petani dengan bentuk olah lahan. Bahkan saya juga memberikan contoh beberapa pohon kopi yang sudah dipangkas dan belum dipangkas. Saya juga mencoba menjelaskan tentang olah lahan sesuai kaedah konservasi. Olah lahan sesuai kaedah konservasi merupakan langkah untuk mengurangi tingkat erosi.
Usai saya jelaskan terkait konsep kemandirian dan lainnya, kami menuju kelembah genting. Orang sini menyebutnya Genting, yaitu sebuah jalan dan ketika disitu berdiri saat cuaca cerah dua gunung kebanggaan Temanggung sangat luar biasa. Saya menunggu sesaat dan melihat Poriaman Sitanggang mengambil gambar untuk dokumennya.
Usai ambil gambar dilokasi wilayah Sumbing, kami meluncur ke wilayah Sindoro. Lokasi yang kami tuju adalah blok kopen yang merupakan kebun kopi di Desa Tlahap Kledung Temanggung. Lokasi kebun tepatnya milik Pak Tuhar, pernah buat shooting filosofi kopi. Saya lokasi itu tutup, tapi bagaimana agar kami bisa ketemu dengan pak Tuhar. Saya coba kontak pak Tuhar dan menjawab ya sebentar tak kesitu.
Saya dan teman-teman sambil menunggu pak Tuhar datang sambil melihat kebun kopi yang begitu rimbun dan penataan yang luar biasa. Saya yakin tidak hanya petani yang tertarik ketika melihat kebun kopinya Pak Tuhar, semua orang yang datang pasti tertarik apalagi aroma bunganya akan mengharumkan kedai kopi yang dikelolanya.
Usai Pak Tuhar datang, menyusul anaknya yang bernama wisnu dan trus disuruh menyajikan kopi. Obrolan tentang blok kopen sambil menikmati kopi hasil olahannya tak mengurang semangat ingin tahu tentang blok kopen, walaupun hujan semakin deras. Wilayah sini dulu memang kopi bagus dan wajar kalau sekarang ketika ditanam kembali jadi seperti ini. Tuhar menceritakan banyak tentang karakteristik kopi arabika miliknya yang mempunyai aroma yang beda dengan wilayah lain. Perbedaan tersebut karena banyak faktor, mulai dari tanah dan tanaman sekitar.
Karena waktu Poriaman Sitanggang yang harus ketemu temannya di Jogja, dan waktunya sudah ditentunya dan mohon pamit. Dan berjanji pasti tidak lama akan datang berkunjung lagi. Itulah secangkir kopi ada cerita banyak saudara dan penuh cinta.