Dari Bangka Belitung Menimba Kopi

Muhammad Kodriansyah, 21 tahun mahasiswa Universitas Amikom Studi Kewirausahaan fakultas Ekonomi dan Sosial. Asal Bangka Belitung lagi magang di Rumah Kopi Mukidi Temanggung, tepatnya di Dusun Jambon Desa Gandurejo Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

Kodri begitu panggilannya tertarik magang di perkopian kerena ingin jadi petani. “saya ingin tanam kopi besuk ketika sudah usai kuliah, kalau orang tua sudah ada kebun tapi buka kebun kopi, jadi saya harus memperdalam tentang menanam, merawat dan olah paska panennya,” jelasnya.

Magang biasanya merupakan tugas akhir bagi mahasiswa S1 dan lamanya tiap kampus beda-beda, mulai dari 1 bulan sampai 3 bulan. Biasa setiap mahasiswa harus mencari lokasi magangnya sendiri, mulai dar survey lewat online hingga ketemu dengan owner atau pemilik perusahaan.

Kodri sebelum datang di Kopi Mukidi, Dia chat lewat whatsapp akan berkunjung. Pada hari dan tanggal yang telah disepakati Kodri berkunjung ke Kopi Mukidi, awal Oktober 2021, Dia mengutarakan maksud dan tujuannya untuk magang. Penulis sebagai owner Kopi Mukidi menjelaskan aturan yang harus dilaksanakan ketika magang. Ketika kesepakatan sudah terjadi, Dia pamit pulang ke Yogyakarta dan beberapa hari lagi akan mulai magang.

Pada hari yang telah ditentukan Kodri mulai magang, dan kurang lebih seminggu penulis menjelaskan tentang lahirnya Kopi Mukidi. Karena sebuah kepemilikan lahan yang sempit dan jadilah konsep kemandirian petani. Konsep kemandirian petani sebagai upaya untuk penyelamatan lahan dari erosi permukaan tanah ketika hujan, serta menambah pendapatan petani.

Tahapan kemandirian petani mulai dari olah lahan sesuai kaedah konservasi, menata aneka komoditas di lahan, mengolah komoditas menjadi produk, sampai pada memasarkannya. Konsep itu merupakan pola contoh karena penulis melakukannya semua. Itulah yang melatar belakangi munculkan Kopi Mukidi.

Setelah memahami konsep baru dikenalkan ke lahan, tentang bagaimana mengolah lahan sesuai kaedah konservasi, dan manfaatnya. Tentunya manfaat konservasi lahan ini tidak untuk diri sendiri, tapi bisa bermanfaat untuk generasi yang akan datang, karena dengan olah lahan sesuai konservasi dengan beberapa terasereng akan mengurangi erosi permukaan tanah.

Pemanfaatan lahan secara maksimal di lahan sempit juga harus disampaikan dengan menata aneka komoditas pertanian, ada yang berfungsi untuk penguat teras, dan juga berfungsi untuk bisa memberikan nilai ekonomi untuk harian, bulanan dan tahunan.

Untuk pemahaman selanjutnya bagaimana menanam kopi dan merawatnya, berapa lamanya dari tanam sampai bisa dipanen. Penulis mencoba menjelaskan ke pada Kodri bahwa ketika ingin bertani harus mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, apalagi tanam kopi, karena bisa dipanen ketika sudah berumur 2,5 sampai 3 tahun. Maka harus belajar manajemen pola tanam atau mengatur tanaman yang bisa dipanen sebelum kopinya bisa dipanen.

Kodri belajar paska panen dan harus mencari kopi yang sudah merah dan memetiknya. Tahapan awal yaitu merambang kopi yang sudah dipetik dan memisahkannya yang mengapung dan tenggelam. Menghitung prosentasi yang mengapung dan tenggelam ini juga penting karena akan bisa memprediksikan antara kopi yang mutu bagus dan kurang bagus.

Bahkan proses menghitung jumlah biji kopi mentah baik arabika dan robusta dalam satu kilonya Kodri harus melakukannya. Kodri juga harus membantu tempat magang dalam hal ini adalah promosi, Dia harus posting baik di instagram maupun facebook, serta stori whatsapp. Masih banyak aktivitas yang dilakukan di tempat magang, itulah “secangkir kopi, ada cerita, banyak saudara dan penuh cinta”, tak lupa sukses Kodri calon petani muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *